Senin, 07 Maret 2011

daun-daun rindu

DAUN DAUN RINDU
Setelah kepergian Nia kekasihna dan setelah lulus dari SMAnya Beddu melanjutkan studynya karena mendapatkan beausiswa dari seseorang disana.
Malam itu adalah malam terakhir beddu di kampung Kolabba, Sinjai. Esoknya ia berangkat ke makassar. Satu hari kemudian ia berangkat ke Kedah Darul Oman, Malaysia. Yaitu kuliah di Universitas Utara Malaysia (UMM). Layaknya kaya orang yang pergi jauh, keluarga para tetangga bahkan warga sekampung berkumpul di rumahku untuk melepas kepergianku esok hari sebagai “Pejompe” yang berarti oranga yang merantau /pengembara. Aku tidak boleh pulang sebelum mencapai cita-cita dengan sukses dan berhasil agar tidak bikin malu keluarga dan dicap sewbagai “Pasolle” yaitu orang yang telah gagal dalam perantauanya yang akan membikin malu kampung halamanku yaitu Indonesia.
Malam itu benar-benar mengasyikkan lantunan musik yang di bawakan massopro dan teman-temannya yang serupu deng suaranya yang asli dan permainannya yang begitu bagus di dengar. Massopro menyanyikan syair Pasompe yang sangat menggugah dan menginspirasi bagi para pendengar. Sekali lagi kakeknya menutup segala ritual Pasompe deng gayanya seperi veteran yang semangat nasionalis itu, To Indonesia Toko. Ingat nak kamu bugis orang Indonesia. Beddu sudah paham apa arti kalimat kakeknya tersebut karena berkalli-kali kakenya menasihatinya yaitu kakeknya mewanti-wanti agar tak menikah dengan gadis malaysia karena ia punya teman yang menikah dengan gadis sana dan menetap di Malaysia, tetapi berbeda dengan ayahku dia bersifat koperatif dan demokratif membebaskan siapa saja yang menjadi jodohku kelak. Akhirnya Massposoro dan kawan-kawannya menutup ritual itu dengan lagu “Wanu aku” lagu yang begitu mendayu-dayu dan membuwat yang ada disitu menangis, Beddu melihat ibunya mencucurkan air mata Beddupun menghampirinya dan memeluk sang Ibu dengan penuh hormat dan kehangatan.
Hari sabtu pagi-pagi sekali aku sudah ada di bandaran Hasanudin Makassar ya itu kawasan sudian maros. Pertama kali naik pesawat yang hanya mimpi-mimpi masa kecilku yang takkan terwujud karena berkat do’a sahabatnya juga Mappusuro. Kakaiku sedikit bergetar ketika memasuki pesawat, aku segera mencari duduk 24 A yaitu dekat jendela yang sengaja aku pesan karena ingin melihat pemandangan dan kampungnya, dua jam di pesawat akhirnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta. Pada pukul 11.00 pesawatpun terbang menuju KLIA(Kuala Lumpur) meninggalkan Bandara Soekarno Hatta atau Jakarta. Jam 13.30 pesawat pun mendarat, pemandangan pun begitu megah, indah di banding Jakarta.
“So great” terdengar seorang bule asing Riyan namanya temanku selama di pesawat mengagumi keindahan kuala lumpur. Di kuala lumpur aku menginap semalam dan esuknya menuju ke Kedah dari terminal Bus Moden Pudu Raya tapi tidak langsung kesana melainkan mampir dulu ke pinang di jemput serang pesuruh UUM pak Musaffar keturunan Bugis-Makassar yang akan menjadi dosenku nanti juga istrinya.
Aku tiba di Ancasa hotel yaitu pertama kalinya aku masuk hotel berbintang ternyata setelah aku menyodorkan identitasku aku tinggal serah terima dengan gampang dan menuju lobbi untuk ke kamar Si petugas menyerahkan kartu seperti ATM, lalu Beddu bertanya “ini untuk apa???” si petugas tersenyum, “itu kunci kamar tuan” petugaspun menjawab. Lalu aku naik ke cief menuju kamar berklai-kali aku mencoba membuka pintu kamar tapi tak bisa saking katroknya, akhirnya muncul serang dari UF menuju kamar 805 yang tak asing lagi yaitu Riyan kami bertegur sapa lalu Riyanpun membuka kamarnya, Beddu pun sesekali melihat temannya bagaimana bagaimana cara membuka pintu, pintu Riyan pun sudah terbuka, setelah faham Beddu pun membukanya dengan perlahan akhirnya “Glek” terbuka. Segera Beddu menuju kamar lalu tertawa terbahak –bahak melihat kekampungan dirinya lalu ia pun menuliskan Novel “Pertama masuk hotel”.
Minggu sore di hentian duta terminal Padu Raya aku menunggu seseorang untuk menjeputku menuju Kedah sesekali aku melihat sekeliling aku menangkap seorang gadis ayu berbaju kurung dengan motif bunga-bunga kas melayu yang begitu lembut dan memesona. Beddu pun tergeram dalam pandangannya yang penuh kerinduan karena gadis itu mirip sekali dengan Almarhum Nia kekasihnya, lalu gadis itu sesekali memmandang kearahnya karena sepertinya ia merasa bahwa ada sepasang mata yang memandangnya mungkin ia membatin kalua kau sereang Copet atau TKI, merekapun saling pandang akhirnya salah tingkah mereka, gadis itu tertunduk dalam sebuah bukunya dan beddu bingung, akhirnya beddu memberanikan diri untuk menghampiri agar tak disangka copet. Beddupun duduk disamping gadis itu ia pun bertanya, “Mau ke Kedah ya…?”.”iya saye nak ke Kedah”,”mau ke Kedah juge”, logat bahasa khas melayu, “iya tapi mampir dulu ke pinang”, setelah lama berbincang-bincang sebuah mobil kijang berhenti dan menghentikan percakapan mereka, lalu gadis itu menyudahi dengan salam dan berkata”sampai ketemu lagi ya ..?” Beddupun merasa kalau ia diterima dihatinya, tetapi ia tak menghiaraukannya Beddu hanya diam memandangi gadis itu samapia laju mobil menghilang. Akhirnya lamun itu buyar karena sebuah mobil yang menjemputnya datang lalu ia bergegas naik untuk segera ke Pinang. Pak Musaffar dan istrinya memelukna seperti anaknya sendiri mereka pun berbincang-bincang. “kamu memang benar-benar seperti ayahmu”, Beddu pun kaget dengan ucapannya, pak Musaffarpun menjelaskna, “saya adalah sahabat semasa kecil ayahmu sampai sekarang”. O … pantas saja dari awal perjalanan awal aku mudah tak ada rintangan seperti sudah disiapkan ntah siapa mungkin pak Musaffar,
Selama di perjalanan ia memandangi pemandangan yang begitu megah, sesekali ia teringat dengan Nia di balik pohon-pohon sepertinya ia tersenyum melihatku sesekali si gadis kurung itu muncul di dalam bayangannya seperti ada getaran yang selama ini tak pernah ia rasakan kecuali dengan Nia. Lalu Beddu pun ber Do’a seperti halnya nabi sulaiman yang ingin menghadirkan ratu Bilqis di mimpi-mimpinya yang begitu merindukannya” semoga ia kuliah di UUM dan bisa bertemu lagi”.
Sebelumnya mahasiswa UMM tinggal di asramamu, tetapi suatu hari aku disuruh pak Musaffar tinggal di perkampungandi lura yang berasal dari Indonesia pula yang seperti teman-temanku SMA yang tak pernah kulupakan. Yaitu Anton, Dayat, Khutbah dan Umar, temanku Budiono seperti Antong kalau bercerita dan Sholeh seperti Dayat berambut keriting dan juga Alim. Dan katrok tetapi jago matematika ia serang gembala yang mendapatkan beasiswa di UMM. Temanku yang ke-3 yaitu Patusuri sikapnya seperti Umar. Kami semua gampang akrab dan mereka juga seneng bercanda dan gak gampang marah kami bercerita tentang masa depan kami.
Berada di Kedah tak kalah dengan di Sinjai yaitu hutan lindung bulang terkadang teman-temanya mencandanya….”Lupakan dulu sajalah bunga desa di Sinjai Beddu”, akupun hanya menjawab ingin mencari inspirasi lalu merekapun diam. Beddu hanya tersenyum dan memandangi Nia yang tersenyum di pepohonan puncak kerinduannya yang ingin diungkapkan, yang bisa mengobati kerindauan daia adalah perempuan berbaju kurung yang aku temui di hentikan jalan Duta Pudu Raya ketika pertama kali menginjak kaki ke Malaysia, tapi kemanakah gerangan gadis itu semoga Ia juga kuliah di UMM.
Bedddu dan kawan-kawannya membuat mading di kapusnya iapun memberi nama “Warnaku Indonesia” yaitu kerinduannya terhadap Indonesia agar mereka orang Malaysia tahu bahwa Indonesia juga seperti mereka, dan juga membuat mading itu agar cewek yang mereka cari ia dapatkan. Si pengirim puisi untuk Beddu seorang tetapi shahabatnya Shaleh juga bertemu serang gadis yang sama persis dengan Beddu di terminal Pudu Raya tetapi gadis yang di maksud gadis gemuk, pendek putih , aneh selara Shaleh kayak begituan merekapun mencandainya mereka terbahak bahak dalam canda tawanya.
Esok harinya mereka sesekali ke mading dan mengintai dari kafe siapa orang yang mengirim puisi itu dan untuk siapa. Beddu berharap untuk akulah puisi itu di tujukan dan darigadis berbaju kurung itu. Beddu menyesali mengapa ia dulu tidak berkenalan dan menanyakan nama dan alamatnya jadi aku tak bingung dan repot begini, waktupun berlalu tak ada satu pun gadis yang menenguk ke mading tersebut Patusuri pun mengeluh han yang di tunggu-tunggu tak juga datang” nyok mari makan dulu lapar nich “akhirnya merekapun setuju dan pesan makanan di kafe itu “ “Beddu besuk kalau sudah ketemu gadis itu traktir ya …??
Beddu pun menjawab “so pasti” Shaleh pun tak kalah ileh ileh kan belum tentu puisi itu untuk Beddu kan ..? Budiono hanya tersentum dalam candaan temen-temennya..? merekapun pulang dan beristirahat.
Esok harinya merekapun mengintai lagi ke mading di sebuah kafe.. walaupun berputar ada seorang gadis dan gadis itu mirip yang pernah di ceritakan oleh Shaleh. Lalu Shaleh berteriak Beddu kamu kalah itu puisi buwat aku… “eeetttss… tunggu dulu itukan dosen aku dia kan sudah bersuami dan anak dua dia hanya melihat-lihat saja” …o….. jadi perempuan itu dosen aku wah mau jadi suami ke-2 dong Shaleh. Merekapun berbahak-bahak dan Beddu akhirnya senang mendengarnya. Hari sudah sore gadis yang di tunggu-tunggu gak juga datang akhirnya mereka bergegas dan istirahat. Sampai dirumah mereka tertawa dan berusaha memberi semangat kepada temannya yang sedang patah hati ternyata gadis pujaannya itu sudah bersuami, Shaleh memang aneh karena setiap gadis yang tersenyum padanya ia mengira bahwa mereka suka padanya. Teman yang aneh.
Hari itu hari sabtu, jadwal utama sekaligus jadwal tetapku diperpustakaan Sultanah Bahiyah. Untuk mencari buku-buku dan mencari inspirasi dari buku yang aku baca dan penelitianku penggambaran orang-orang bugis-makassar ke tanah Melayu.
Pagi itu aku berada dilantai 12 Timur, disebelah sudut ruang matahari naik sepenggal bersinar tanpa lelah. Kubuka jendela agar angin-angin masuk ke perpustakaan dan meremas-remas kulitku membelai rambutku, aku menoleh kebawah dan berguman, “Subhanallah”, sungguh indah nian bunga-bunga bermekaran, memandangi memandangan yang sangat luar biyasa ciptaan Allah. Tiba-tiba suara lembut mendayu yang tetapi tetap saja mengagetkan aku, aku mau menoleh pelan-pelan dan creess… jantungku langsung berdegup kencang, seperti naik darahku wanita berbaju kurung sungguh indah nian gadis ayu yang kutemui di terminal Padu Raya orang yang selalu menulis di mading “Warta Indonesia” dia sedari tadi memperhatikan dan mendengarkanku berguman,memang elok “bunga-bunga yang kian bermekaran” ucapnya,akupun hanya diam dan kagum dengan si gadis yang rupanya juga satu kampus denganku bajunya yang bermotif bunga-bunga yang mengalahkan bunga yang bermekaran hari ini.
Setelah itu Beddu mulai menanyakan nama lengkapnya” nama lengkapku Beddu Kamesse” “aku Maysah Eliza binti Abdul Tholib” ia masih tersenyum. Beddu berusaha menatapnya orang melayu memang baik dan ramah. Mereka berbincang-bincang dan menyebutkan asal mulanya.
Bedu sangat kesal dan geram karena Indonesia yang disingkat oleh Maysah yang sangat asing ditelinga, lalu Maysah berkata “Kami menyebut Indon karena kami bersaudara jadi abang jangan berburuk sangka itu adalah panggilan kehormatan dari Malaysia”
Beddu merasa ge_er karena di panggil Abang sepertinya ia sudah mulai diterima di Maysa.
Setiba di rumah, aku berpura-pura lelah lesu di depan teman-temannya lalu mereka sangat bersimpati pada Beddu dan menasehati Beddu agar bersabar pasti akan menemukan wanita pujaan hatinya itu, dalam batin beddu tertawa terpingkal-pingkal karena hanya ingin ngerjain mereka, Beddu tidak mau teman-temannya kalau dia sudah ketemu si pujaan hatinya.
Aku benar-benar bersabar dalam mengambil hatinya Maysah hari-hariku lalui bersamanya di Sultanan Bahiyah sebagai teman dalam penelitianku dia begitu memahami tentang jejak Bugis-Makassar yang singgah ke Malaysia. Waktu waktu yang kulalui akhirnya aku memberanikan diri untuk ngomong dengan Maysah tentang perasaannya. Beddu mendekati Maysah yang asyik menjelaskan tentang penelitiannya Beddu, lalu Maysah mulai memerah dan malu, Beddu pun meraih tangan Maysah lalu Beddu ngomong dengan segala keberaniannya dengan penuh harap akan diterima cintannya yang setulus hati tak memandang dari segi fisik, harta maupun apapun. Jantungnya pun berdegup kencang menunggu antara”ya” dan “tidak”,lalu Maysah berkata” Bang, aku juga mencintaimu sejak awal pertama kali kita ketemu, rasa percaya diripun berkobar begitu senangnya hati mereka, karena berpaduan antara Bugis-Makassar dengan gadis Malaysia melayu yang ayu, lembut hatinya, Beddu pun pulang dengan berpura-[ura lagi lesu agar tidak tahu kebahagiaan yang tengah ia rasakan saat ini karena Beddu tak mau mereka tahu dulu karena mau bikin surprice.
Malam itu mereka di panggil pak Musaffar yaitu untuk menemaninya makan malam ke pulau pinang karena ada acara pertemuan para Dosen-dosen mereka disuruh untuk mendampingi pak Musaffar dan istrinya. Lalu mereka pulang dan berencana memakai baju apa untuk kesana dan Beddupun tak perlu repot dengan janji yang telah di buat olehnya untuk mentraktir makan ke pulau pinang kalau sudah menemukan si gadis pujaan hatimu makan gratis.
Bedddu pun juga ingin melihat Maysah jikalau menghadiri undangan karena di juga anak Dosen kepala kampus disana.
Keesokan harinya mereka berangkat ke pulau Pinang yaitu naik mobil bersama pak Musaffar, mereka asyik dan penuh canda tawa, tapi si Beddu berdiam diri dan memandangi sekeliling perjalanan pemandangan yang elok penuh pohon-pohon yang mirip dengan pohon sinjai yaitu kenang-kenangannya dengan Nia, sesekali Beddu merasa bahwa Nia berada dibalik pohon itu tersenyum.
Setiba diacara tersebut begitu rame dansangat meriah, Beddu hanya tertuju pada seseorang yaitu Maysah Beddu melihat di sekeliling menanti kedatangan Maysah, akhirnya yang di tunggu pun tiba, Ia memakai baju yang sama yang tak pernah memakai celana yang begitu ayu dan anggun. Teman-temanku begitu terpana dan terpesona melihat dia , tapi mereka belum tau aku sudah resmi dengannya. Lalu teman-temanku mengajak aku untuk taruhan siapa yang dapat menaklukan hatinya maka dia harus menjadi pembantunya selama dirumah, Beddupun merasa sanggup karena dia memang sudah menjadai juara. Maysah memandang mereka dengan senyum acarapun dimulai dengan meriah.
Keesokan harinya meeka kembali ke kampus, hari ini adalah hari sabtu yaitu hari dimana ketemu aku dengan Maysah sang pujaan hatiku, “Maysah sayang” “iya abang Indongku sayang”, “besuk kalau kita ningkah nanti kamu mau punya anak berapa?” “ ah abang”, Maysah pun tersipu malu. Lalau beddupun bercerita dengan tantangan yang di berikan oleh teman-temannya. Tiba-tiba suara kaki yang naik ketangga dengan cepatnya lalu mereka masuk dan menemui Beddu, mereka terbengong, bingung melihat gadis ayu itu sedang berpegangan tangan bermesraan, Maysah pun langsung melepaskan tangannya karena malu, ia berkata,”ah abang kenapa abang gak bilang kalau teman-teman abang mau kesini”, teman-temannyapun cuman diam dan bengong, Beddu sengaja ingin membuat suprice keteman-temannya dan Maysah, akhirnya teman-temannya pulang dan menyuruh Beddu untuk mentraktir ayam goreng, Beddupun siap. Beddu mengakhiri percakapannya dengan Maysah dengan mencium ke-2 tangannya lalu merekapun berpisah danpulang. Beddu pulang bergegas membelikan ayam kepada teman-temannya.
Setelah selesai suripsi Beddu di suruh pulang ke Indonesia disamping itu kakek beddu berpulang ke rahmatullah, rasa sedih yang amat karena mau meninggalkan Maysah ditambah lagi kesedihannya itu. Esoknya Beddu mengajak Maysah bertemu di perpustakaan seperti biasanya menjelaskan apa yang terjadi.
“Maysah sayang, abang disuruh orang tuaku pulang karena sudah selesai aku meraih cita-cita”, “tapi abang gimana dengan kita”. Mereka terdiam Maysah hanya menangis, sebenarnya Beddu dan Maysah berjanji untuk tidak berpelukkan tetapi ini hanya sebuah luapan kerinduan dan kesedian pikir mereka. Beddupun mendekati mereka dan memelukknya. Beddu berusaha menjelaskan agar Maysah mengerti, padahal mereka sudah merencanakan samapi kepelaminan.
Aku memang sangan mencintai Maysah dan tak ingin berpisah dengannya sebagai mahasiswa Indonesia yang hanya mampir dan akan pulang sebagai pejuang nasionalisme.
Keesokan harinya Beddu berangkat ke bandara Pudu Raya tetapi mengapa perasaanya tak enak Maysah juga mengantar mereka lalu pulang karena tak tahan melihat kepergian Beddu, akhirnya beddu naik pesawat dengan hati gelisah penuh khawatir entah apa ini. Beddu pun tiba di bandara Soekarno Hatta dan langsung menelpon pak Musaffar mengabarkan kalau sudah tiba. Pak Musaffa berkata “akhirnya kamu menelfon juga Beddu, “memangnya kenapa..?” Maysah, Maysah Beddu “Maysah kenapa” dia kecelakaan sewaktu habis menganter kamu, “lalu beddupun langsung panik kekawatirannya selama ini terjadi. Lalu Beddu naik kepesawat lagi.
Setiba di RS. Beddu sok, lalu orang tua Maysah minta maaf karena silaunya denganharta mereka tak memandang cinta kasih mereka, lalu orang tuanya menanyakan kepada Beddu “apakah kamu masih mau dengan Maysah yang sekarang ini”, lalu Beddu pun ijab Qobul tanpa kesadaran Maysah. Setelah mereka resmi Beddu berkata”Maysah sayang kita akan hidup selamanya, tidak ada yang dapat memisahkan kita lagi karena kita sudah menjadi suami istri, Maysah pun tak kunjung siuman, lalu Beddupun mengecup tangan Maysah.” Bulu matanya yang begitu lentik tergerak dan perlahan-lahan membuka matanya, mungkin ingin berkata “kok bisa dia sudah menjadi istrinya,” Beddupun faham dan menjelaskan dengan runtut lalu Maysah berkata.” Ada yang dapat memisahkan kita sayang,” “Maysah tak ada lagi yang dapat memisahkan kita”, ada bang malaikat maut, bung maafkan segala kesalahan aku”, “sayang kamu tak boleh ngomong gitu kita akan hidup bahagia”, “bung aku sudah tak tahan, Beddupun faham Maysah ingin di tuntun dengan kalimat syahadat dan akhirnya. “Innalillahi wa ina ilaihi roji’un”, semua berguman dan hening karena tangisa.
Setelah kepergian Maysah Beddupun kembali ke Indonesia karena sudah selesai semua tugas-tugasnya, tetapi orang tua Maysah melarangnya karena ia melihat di diri Beddu ada Maysah orang tuanya sedih sekali karena keinginannya yang gak dapat di cegah, akhirnya Beddupun kembali membawa kesedihan. Dua ingsan telah pergi meninggalkan jejak-jejak kerinduan yang kesudahan keduan insan itu pula menjelma menjadi pohon-pohon dan daun-daun rindu dalam hutan rindu di jiwaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar